Senin, 14 Juli 2008

CTL dengan permainan tradisional

Peran penting dalam dunia pendidikan tidak lepas dari pelaksanaan pembelajaran, penyediaan alat belajar, sumberdaya manuisia dan lingkungan masayarakat yang seharusnya ikut berpartisipasi dalam mengatasi persoalan dalam dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan inti dari pada pendidikan yaitu adanya kegiatan pembelajaran, karena itu peningkatan kualitas pembelajaran serta pelaksanaan pembelajaran dengan CTL dalam suatu lembaga pendidikan harus selalu diupayakan secara terus menerus. Upaya tersebut diarahkan pada seluruh aspek pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal yang pada gilirannya dapat mengantarkan peserta didik pada tujuan pendidikan yang direncanakan secara efektif (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000: 81). Proses pembelajaran yang berkualitas hendaknya mampu memotivasi keaktifan belajar peserta didik, sehingga dapat memaksimalkan pengembangan potensi peserta didik dengan sebaik-baiknya (Zaini dkk, 2004: xvii).
Disamping itu pula, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (CTL).
Adanya kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika ‘anak mengalami' apa yang dipelajarinya, bukan 'mengetahui'-nya. Pembelajaran yang berorieritasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi 'mengingat' jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkm persoalan dalam kehidupm.jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita!
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran dihadapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses penibelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (baca: pengetahuan dan keterampilan) datang dari 'menemukan sendiri', bukan dari 'apa kata guru'. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam buku ringkas ini dibahas persoalan yang berkenaan dengan pendekatan kontekstual dan implikasi penerapannya. (http://pakguruonline.pendidikan.net)
Maka dalam hal kaitannya dengan pembelajaran sains harus ditekankan adanya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar. Pembelajaran di sekolah dasar atau MI khususnya dalam pembelajaran sains SD harus berpusat pada peserta didik sehingga dapat mengetahui potensi anak dalam proses pembelajaran di sekolah, anak SD/MI dalam kegiatan belajarnya sangat membutuhkan kegiatan yang praktis dan nyata terhadap penemuan yang ada bukan diberikan teori yang mendalam.
Penggunaan CTL di Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar yang berkualitas hendaknya merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan diri secara optimal, serta mampu mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif, dan berorientasi pada minat, kebutuhan dan kemampuan siswa. Selain itu kegiatan pembelajaran hakikatnya merupakan suatu bentuk kegiatan yang memungkinkan peserta didik memiliki pengalaman belajar guna menguasai kompetensi tertentu. Bertitik tolak dari pengalaman belajar tersebut, kemudian dikembangkan berbagai strategi pembelajaran. Dengan melalui landasan konstruktivisme. Contextual Teaching and Learning (CTL) dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. CTL menjadi pilihan, karena sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa 'menghapal' fakta-fakta tapi mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka.
Dalam pandangan CTL pengajaran dan pembelajaran sains di kelas haruslah berwujud proses inkuiri, sebuah proses yang ditempuh oleh para ilmuwan dan terdiri atas unsur-unsur siklus mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan penjelasan-penjelasan dan hipotesis-hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen-eksperimen, menganalisis data eksperimen, menarik kesimpulan eksperimen, dan membangun model atau teori. Proses inkuiri selama pengajaran dan pembelajaran berdampak konstruktif yang memberi banyak peluang dan tenaga untuk meningkatkan keefektifan pengajaran dan pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk :
1. Mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
2. Mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupan mereka
3. strategi belajar lebih penting dari pada hasil, dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya dan bagaimana mencapainya.
4. Guru lebih banyak berurusan dengan "strategi" dari pada memberikan informasi.
Dengan diterapkannya CTL disekolah diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam pembelajaran sains SD. Karena dalam proses ini siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dengan demikian pelajaran sains diharapkan menjadi lebih menyenangkan baik bagi guru maupun siswa, sehingga adanya anggapan kalau mata pelajaran sains ini merupakan mata pelajaran yang membosankan jika di terapkan hanya teori saja dengan ceramah tanp adanya prktek atau eksperimen.

Tidak ada komentar: